Tampilkan postingan dengan label Music. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Music. Tampilkan semua postingan

Perkenalan dengan Post Rock

Hmmm..dalam mengisi keseharian yang dipenuhi rutinitas yang antah berantah ini. Musik merupakan salah satu teman alternatif yang dirasa dapat memberikan sebuah sense yang berbeda. Tak terasa setelah sekian waktu saya berkecimpung dalam hal mendengarkan, memperhatikan, menikmati, meraba hingga menerawang berbagai jenis musik, mulai dari musik tradisional yang dimainkan dari instrument yang terbuat dari bahan dasar bambu hingga musik yang bisa disebut modern yang terdiri dari berbagai instrument elektronik mulai dari chiptunes, turntables hingga synthetizer yang notabene harganya selangit. Berbagai macam lirik tertuang mulai dari yang mendayu dayu, bertekuk lutut karena cinta, hingga lirik sarkasme yang menebarkan rasa benci, anarchy, serta bibit vandalism tetapi itu semua kembali lagi pada interpretasi tiap tiap individu. Musik memberikan pengaruh yang cukup besar dalam berkeperibadian, berpenampilan, bertutur kata serta berpola fikir (opini sayah ^_^). Tidak sedikit orang yang menjadi lebih baik Walaupun bukan hanya musik yang dapat merubah itu semua. Namun pada kesempatan kali ini akan sedikit mangautopsi musik, karena musik begitu menggelitik untuk ditelaah dan dikaji (wahahaha) walaupun saya sendiri bukan musikus apalagi tikus T_T. Hanya insan yang senang dengannya.
Oke to the point. Salah satu genre music yang akan coba saya angkat ialah POST ROCK, sebuah genre yang masih terbilang baru (bagi sayah --'). Mungkin bagi sebagian orang bertanya tanya, apa sih Post Rock itu ?? menurut Moderator Musik @ Kaskus, Om rayculz.

Istilah Post Rock pertama kali di ciptakan oleh Simon Reynolds waktu dia review album'nya Bark Psychosis - Hex tahun 1994, yang pada waktu itu definisinya " Memainkan musik bukan rock dengan instrumen2 rock, dan lebih mengutamakan texture dan timbre daripada power chord" kenapa saya bilang "waktu itu"? karena Post Rock sekarang ini (modern) sudah berubah atau berinovasi dari definisi awalnya, bahkan bertolak belakang.

Generasi pertama :
Band2 seperti Tortoise, Bark Psychosis, Talk Talk, Cul de Sac, Slint, Flying Saucer merupakan band2 generasi pertama yang sesuai dengan apa yang didefinisikan Simon Reynolds, "Memainkan musik bukan rock dengan instrumen2 rock" dengan memasukkan unsur2 yg berbeda dari masing2 band, ada yang electronica, ambient, jazz, dll

Generasi kedua :
tahun 96 - 97, lahir sebuah band bernama Mogwai yang memainkan musik instrumental rock. Anehnya, Mogwai disebut band Post Rock juga. Yang kenyataannya musik mereka berbeda dari apa yang sudah didefinisikan oleh Simon Reynolds. Mogwai sendiri mengakui hal ini dan tidak suka dibilang post rock
"Aitchison isn’t all grins, however, when asked how he feels about the term post-rock. Mogwai has been lumped into this supposed genre of music by unimaginative music critics. “It’s kind of a stupid term, it doesn’t really make much sense. I don’t know, it seems really pretentious to me. A lot of the bands are described as being post rock. You get bands like Tortoise, we’re nothing like Tortoise, we’re completely different. So it’s a pretty vague term. It’s a pretty lazy term, lazy on the media’s front. They don’t really know what sort of music it is. If it’s not straight-ahead rock n’ roll, then it’s post rock. It’s a bit miserable, so we’ll call it post rock. It’s stupid." Sumber
Alas...walaupun begitu, Mogwai merupakan salah satu template untuk band2 Post Rock sekarang. Konsep Quite/Loud yang mereka pakai sudah menjadi formula/dasar dari musik2 Post Rock sekarang. Begitu juga dengan the legendary Godspeed You! Black Emperor, yang menetapkan formula Crescendo, Chamber music ke Post Rock modern.

Post Rock Re-invent :
jadi definisi Post Rock sudah berubah total dari sebelumnya, yang tidak ada rock menjadi ada, dan riff dan chord juga sering dipakai. Post Rock sekarang ini memakai formula Quiet/Loud, Build up Crescendo, dan jarang sekali memakai verse-chorus-verse, biasanya musiknya build up momentum yang diakhiri dengan klimaks.
Menariknya, Formula ini hanyalah sebagai dasar komposisi. sehingga banyak band2 baru yang mengintegrasikan unsur2 classical, jazz, electronica, math, metal, dll. Yang akhirnya Post Rock semakin diverse dan terbentuk sub2 genre didalamnya. Tetapi tetap menggunakan formula dasar. Dan Post Rock bukan berarti instrumental, banyak juga yg memakai vokal. Baik yang dijadikan suatu instrumen atau pure vokal
Ada delapan band yang menurut saya sebagai pondasi dan mengembangkan/meluaskan essensi dari Post Rock :

Mogwai : Quite/loud
Godspeed You! Black Emperor : Crescendo
A Silver Mt Zion : Cinematic
Do Make Say Think : Jazz
Explosions in The Sky : Twinkle Guitar
Mono (japan) : Texture Guitar
Sigur Ros : Ambient Soundscape
Rachel's : Classical
Dan beberapa band modern yang memasukkan unsur2 baru ke dalam Post Rock :
65Daysofstatic : Electronica, Math Rock
Samuel jackson Five : Jazz, Krautrock
Russian Circles : a blend between Post Rock and Post Metal
Destroyalldreamers : Shoegaze
Hammock : Ambient Drone


Mungkin bagi beberapa orang musik tanpa lirik terkesan aneh atau nyeleneh, dan tidak sedikit orang juga yang mendengarkan musik instrumental malah tiduran, tertidur trus bertelur.zzzzz. wkwkwkwk. Tapi disanalah (opini sayah) letak keunikan jenis musik Post Rock.

Imajinasi tanpa batas tidak terkotak oleh Lirik.
Bersahutan, tenang, fluktuatif dan menghanyutkan..






Read More..

Punk : Sebuah Fenomena Sosial?

Mungkin sudah banyak kawan kawan bloger yang sudah mempostingkan tentang keberadaan Punk itu sendiri. Disini saya akan kembali mengutarakan punk dalam sudut pandang saya.

Punk merupakan sebuah culture urban yang lahir dan berkembang di awal tahun 1960 - 1970 an. Dimana banyak musisi musisi jalanan yang muak terhadap industry music yang pada saat itu terkenal dengan era era Rock seperti The Beattles, Elvis Presley. Kemudian Punk berkembang antara tahun 1974 dan 1976 di Amerika, Inggris dan Australia. Band seperti Ramones yang lahir di New York sedangkan Sex Pistols dan The Clash di London. Yang terbentuk seperti sebuah barisan tentara dalam pergerakan music baru. Pada awal 1977, Punk menyebar ke seluruh dunia. Band punk yang cenderung menciptakan lirik lirik yang bertemakan social dan politik di negaranya masing masing maupun keadaan politik di dunia.

Secara ideologis, Punk cenderung menganut paham anarkis.
Dilihat dari etimologi, kata anarki adalah sebuah kata serapan dari anarchy (bahasa inggris) dan anarchie (Belanda/Jerman/), yang juga mengambil dari kata Yunani anarchos/anarchia. Ini merupakan kata bentukan a (tidak/tanpa/nihil) yang disisipi n dengan archos/ archia (pemerintah/kekuasaan). Anarchos/anarchia = tanpa pemerintahan. Sedangkan Anarkis berarti orang yang mempercayai dan menganut anarki. Adapun statement yang melatarbelakanginya ialah “Semua pemerintahan tidaklah diinginkan dan tidak perlu, tidak ada pelayanan yang dapat disediakan pemerintahan yang tidak dapat disediakan oleh suatu komunitas secara swadaya. Kita tidak perlu disuruh - suruh melakukan sesuatu atau diberitahu bagaimana menghidupi hidup kita apalagi dibebani oleh pajak, aturan, regulasi - regulasi serta tuntutan - tuntutan akan hasil kerja kita” (Profane Existance (PE)#5,Agustus 1990 hal 38,Ayf). Hal tersebut bukan tanpa alasan di mana rakyat dicekoki dengan para pelacur politik yang menjual janji tanpa implementasi yang terbukti secara maksimal. Hal perlu ditekankan di sini ialah kecenderungan, jadi tidak semua Punkers menganut paham ini. Kaum punk memaknai anarkisme tidak hanya sebatas pengertian politik semata. Dalam keseharian hidup, anarkisme berarti tanpa aturan pengekang, baik dari masyarakat maupun perusahaan rekaman, karena mereka bisa menciptakan sendiri aturan hidup dan perusahaan rekaman sesuai keinginan mereka. Punk etika semacam inilah yang lazim disebut DIY (do it yourself).

Punkers yang memiliki style tersendiri seperti pada umumnya rambut Mohawk ala India, celana dan jaket penuh emblem, yang menyimbolkan sebuah bentuk perlawanan terhadap pemerintahan yang glamour. Punk secara tidak langsung menciptakan sebuah trend fashion tersendiri atau lebih tepatnya trend fashion yang melawan trend fashion yang ada.
Music sejatinya adalah sebuah media penyampaian atau penghubung antara si musisi dengan audience. Punk sendiri sekarang memiliki sub sub yang music yang telah beranak pinang. Mungkin hal ini disebabkan oleh perkembangan zaman dan karakter music itu sendiri.
Deretan kalimat yang terbentuk di atas adalah sebuah ringkasan sejarah Punk di dunia (umumnya).

Bagaimana Punk di Indonesia?
Indonesia sebagai negara besar menerima culture Punk, hal ini dilandasi dengan berkembangnya Punk di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta dan Malang dan kota-kota lainnya di Pulau Jawa. Berbekal dengan konsep DIY (do it yourself). Banyak band Punker yang mendirikan label rekaman music sendiri untuk menaungi band band yang satu aliran / genre dan mendistribusikannya ke pasaran secara indiependent. Tidak hanya mendistribusikan music saja yang secara mandiri, punk juga mendistribusikan merchandise-merchandise mereka secara struggling. Punker menciptakan lahan pekerjaan tersendiri. Struggle 4 life.

Setelah saya mengamati scene-scene Punk khususnya di Bandung. Saya melihat pergerakan punk di Bandung mengalami pergerakan yang dinamis. Sekitar tahun 1990an dimana secara rutin para Punker mengadakan konser ataupun festival-festival music, keberadaan punk cukup menyedot perhatian / antusiasme pecinta punker itu sendiri. Ideologi DIY (do it yourself) adalah satu hal yang membuat saya interest terhadap punk. Mereka berjuang melalui music ataupun fanzine fanzine yang menyuarakan aspirasi yang merupakan perlawanan terhadap pemerintah. Masyarakat selalu memandang sebelah mata Punk, mereka menjudge punk hanya melihat dari style yang mencolok saja. Namun di balik semua itu punk memiliki sebuah kreatifitas tersendiri.

Tidak menutup kemungkinan bahwa punk dekat dengan alcohol, walaupun tidak semua punker adalah alkoholik.
Hal tersebut merupakan boomerang tersendiri terhadap Punk, Indonesia masih menganut faham keagamaan yang lekat dan ke-timur-an. Dimana norma norma masih diterapkan dalam sendi sendi sosial. Mungkin jika dalam sesama komunitas punk tidaklah terlalu masalah, tapi jika berinteraksi dengan komunitas lain, contohnya masyarakat? Bukankah manusia itu sendiri adalah mahkluk sosial?
Bukankah dalam interaksi sosial yang harmonis membutuhkan sebuah timbal balik yang kondusif? (Timbal balik disini bukan tertuju pada bentuk materiil).

Punk secara keseluruhan adalah bentuk sebuah perlawanan terhadap penindasan. Namun di satu sisi ada beberapa gelintir punker yang hanya berpenampilan punk dengan jiwa “premanisme”nya. Dengan serta merta mengaku punk dan menindas komunitas lainnya. Realita ini memang terjadi dan sangat saya sesalkan dari punk itu sendiri. Perihal ini mengimplementasikan, bagaimana jika anda disudutkan pada sebuah kondisi dimana anda menjadi victim tindak “premanisme” oknum Punk, mungkin kita akan menggeneralisasikan bahwa punk adalah komunitas “preman”. Bukankah tidak sejalan, di satu pihak punker lain menyuarakan perlawanan terhadap sebuah system yang menindas, tapi di satu pihak lainnya “oknum” punker lainnya menindas. Ironis memang, namun inilah fakta yang terjadi.

Memang setiap paham memiliki sudut positif dan negative tersendiri. At last but not least, penilaian tetap tergantung pada individu masing masing / kawan kawan bloger lain dalam menyikapinya.
Do It yourself.

Read More..